Jumat, 23 Desember 2022

 PEMBAGIAN BIBIT TANAMAN KAPULOGO 

KE MASYARAKAT dan  ANGGOTA KTH BUMI TUNGGAL LESTARI



Kapulaga (Amomum cardamomum L.) merupakan sejenis buah yang biasanya dimanfaatkan sebagai rempah atau campuran jamu.

Tanaman yang satu ini banyak digunakan sebagai obat-obatan. Oleh karena itu, permintaan pasar terhadap kapulaga cukup besar karena manfaatnya yang luar biasa.

Seperti yang kamu ketahui, Indonesia adalah negara penghasil rempah-rempah yang besar. Budidaya kapulaga pun cukup banyak dilakukan.

Tidak hanya populer di kalangan pasar lokal, rempah ini juga banyak diincar oleh pasar internasional, lho

Nah, bagi kamu yang tertarik bisnis kapulaga pun memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis dengan mengimpornya ke luar negeri.Kapulaga sebagai rempah tidak hanya digunakan dalam pembuatan makanan atau minuman, akan tetapi juga dapat menjadi campuran bahan dalam pembuatan produk farmasi.

Praktek penanaman tanaman kapulogo bersama masyarakat desa Tugurejo


Di Indonesia sendiri, terdapat 3 jenis kapulaga lokal, yaitu jenis buah putih, buah merah besar, dan buah merah kecil. Ketiga jenis kapulaga tersebut sama-sama mengandung minyak atsiri yang berguna sebagai bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman, dan sebagai bahan baku/campuran di dalam industri parfum, serta menjadi campuran jamu untuk produk kesehatan.

Dalam perdagangan internasional, kapulaga lokal dikenal sebagai false cardamom dan kapulaga sabrang dikenal sebagai true cardamom.Perbedaan penyebutan ini disebabkan karena genus dan kandungan minyak atsirinya berbeda.

Hingga saat ini, baik di dalam maupun di luar negeri prospek bisnis kapulaga cukup baik.


Bantuan bibit kapulogo swadaya ke anggota KTH Bumi Tunggal Lestari Desa Tugurejo Kecamatan Slahung

Dengan adanya bantuan bibit tanaman kapulogo ini diharapkan masyarakat dan anggota KTH Bumi Tunggal Lestari Desa Tugurejo bisa membudidayakan kapulogo  di bawah tegakan tanaman kayu kayuan agar dapat menambah penghasilan masyrakat


Kamis, 17 November 2022

 

DIALOG SINERGITAS KONSERVASI LAHAN DAN MENGURANGI BENCANA DI PONOROGO SERTA PENTINGNYA PRESIDENSI G20 BAGI INDONESIA, DALAM MENDUKUNG KOMITMEN GLOBAL TANGANI PERMASALAHAN LINGKUNGAN SERTA PERUBAHAN IKLIM


Dengan narasumber :

1.       Komandan Kodim 0802 Ponorogo

2.       Divisi SDM/ Lingkungan Sosial Gempa Adventure Ponorogo/ PKSM CDK Wilayah Pacitan

3.       Penyuluh Kehutanan Cabang Dinas Kehutanan Pacitan Wilker Ponorogo


Dialog dilaksanakan diLuar Studio Komandan Kodim 0802/Ponorogo Bersama RRI

Acara yang bertema, "Sinergitas Konservasi Lahan dan Mengurangi Bencana di Ponorogo serta Pentingnya Presidensi G20 bagi Indonesia, dalam mendukung Komitmen Global Tangani Permasalahan Lingkungan serta Perubahan Iklim" tersebut merupakan upaya agar kita selalu peduli dengan kelestarian alam.

Dialog luar studio yang dihadiri Kepala RRI Madiun, Bapak Suroso tersebut dengan narasumber antara lain :  Dandim 0802/Ponorogo, Letkol Inf Hirta Juni Adriansyah, S. Sos., M. Han;  Divisi SDM Gempa Adventure Ponorogo, Rina Ummu  Hani A S.Sos. dan Penyuluh Ketahanan Ahli Muda Cabang Dinas Kehutanan Pacitan Ponorogo, Agung Kuncoro Adi, SP.

Dalam penyampaian pada dialog tersebut, Dandim 0802/Ponorogo sangat menyambut baik dan mengapresiasi  dan bahkan Beliau siap bekerjasama dan membantu termasuk dalam aksi  merawat lingkungan untuk kelestarian alam.

Dialog bersama Komandan Kodim dan PKSM CDK Wilayah Pacitan

" Kami sangat bangga atas penyampaian para narasumber yang memberikan penilaian positif kepada satuan Kodim 0802/Ponorogo dan kami sampaikan diforum ini bahwa apabila diminta, kami siap membantu seluruh program, khususnya untuk merawat kelestarian alam, " kata Dandim 0802/Ponorogo.

Letkol Inf Hirta Juni Adriansyah, S. Sos. M. Han juga mengajak seluruh hadirin peserta dialog untuk bersama menjaga kelestarian alam salah satunya dengan mendukung program Pemerintah terkait  perpindahan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik. " Mari kita dukung program pemerintah ini sehingga kedepan tidak ada lagi pencemaran udara maupun kerusakan lingkungan. "

Kelestarian alam bukan hanya tanggung jawab satu lembaga saja tapi tanggung jawab kita bersama untuk itu marilah bersinergi untuk melestarikan alam dengan terus melakukan konvervasi tanah dengan melakukan penanaman pohon.

Salam lestari

Link Youtube : "https://www.youtube.com/watch?v=Zt2pC-DXfkE"

Senin, 25 April 2022

                                             PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN

TANAMAN JAHE



A.       Perhatian Waktu dan Cara Penanaman

Dua minggu setelah pembuatan lubang tanam, bibit atau rimpang yang bertunas dapat segera ditanam. Dalam penanaman tersebut perlu memperhatikan waktu dan cara tanamnya.

 

1.        Waktu tanam

Waktu yang tepat untuk menanam jahe di tegalan adalah awal musim hujan, sekitar bulan September – Oktober. Tujuannya agar air yang diperlukan tanaman jahe untuk pertumbuhan rimpng dapat terpenuhi. Dengan demikian, dalam setahun hanya dapat menanam satu kali. Pada daerah yang memiliki curah hujan sepanjang tahun, waktu tanam dapat dilakukan sepanjang tahun.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari sampai sekitar pukul 10.00 atau sore hari setelah matahari tidak terlalu terik. Apabila enanaman dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tunas yang tumbuh akan mengalami stres, bahkan bisa layu dan mati.

 

2.        Cara tanam

 

 

Jahe pada umumnya ditanam dengan meletakkan potongan rimpang pada lubang tanam atau alur yang telah disiapkan. Potongan-potongan rimpang yang sudah bertunas diletakkan dengan posisi tunas ke atas, jangan terbalik agar tidak menghambat pertumbuhan. Peletakkan potongan rimpang juga jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal. Penanaman yang terlalu dalam akan menghasilkan rimpang yang kruus dan panjang (seperti lengkeong – Snd). Penanaman yang terlalu dangkal akan menyebabkan rimpang mudah terkena matahari dan hujan. Rimpang yang terkena matahari akan berwarna hijau, sedangkan bila terkena hujan, rimpang akan menjadi keriput dan lambat tumbuh.

Setelah dimasukkan ke dalam lubang tanam, rimpang ditutup jerami padi tipis-tipis. Kemudian, di atasnya ditabur atau ditutup dengan tanah halus sampai lubang tanam tertutup sejajar dengan  permukaan bedengan. Setelah lubang tertutup tanah, secara keseluruhan permukaan bedengan diratakan. Kemudian di atas permukaan bedengan dihamparkan jerami padi sepanjang bedengan untuk menghambat pertumbuhan gulma dan mempertahankan kelembapan. Untuk penanaman bibit di atas guludan, tidak jauh berbeda dengan penanaman di bedengan.

 

3.        Mulsing

Pemakaian mulsa merupakan salah satu cara untuk merubah keadaan iklim mikro dan sekaligus berpengaruh terhadap perubahan sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemakaian mulsa pada pertanaman jahe dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu:

*       dapat mempertahankan kandungan air tanah pada kebutuhan minimal selama musim kemarau,

*       mencegah erosi pada bedengan di musim hujan,

*       dapat meperbaiki kondisi fisik tanah di permukaan karena proses pembusukan jerami akan membantu bekerjanya mikro organisme tanah,

*       menekan perkembangan hama, penyakit, dan gulma, serta dapat meningkatkan hasil rimpang jahe (besar, keutuhan, dan bobot), baik yang dipanen muda maupun panen tua.

Umumnya petani menggunakan mulsa dari bahan jerami. Namun selain jerami dapat juga digunakan daun kelapa, kulit batang pisang, plastik hitam, atau daun gamal. Banyaknya mulsa yang dibutuhkan sekitar 10-20 ton/ha untuk mulsa jerami padi. Mulsa ini diberikan pada permukaan bedengan setelah tanam dan pada umur tanam 4-5 bulan.

 

B.       Lakukan Pemeliharaan Secara Rutin

Pemeliharaan sangat penting dalam menunjang keberhasilan budidaya. Bila tahap bibit telah terlampaui dengan baik, artinya telah menggunakan bibit yang sehat, maka pemeliharaan menjadi kunci utama dalam menjaga pertumbuhan tanaman.

 

 

 


1.        Penyulaman

Pada umur 2-3 minggu setelah tanam, tunas-tunas telah tumbuh di atas tanah. Pada saat itu, dapat diketahui tanaman yang mati atau mempunyai pertumbuhan yang jelek. Tanaman tersebut perlu diseleksi (dibuang) dan diganti dengan tanaman yang sehat. Penggantian tanaman yang mati atau penyulaman hendaknya dilakukan dengan menggunakan tanaman yang sudah disiapkan dari pembibitan. Seleksi dan penggantian tanaman ini diperlukan agar diperoleh tanaman yang tumbuh dengan seragam sehingga waktu panen dapat dilakukan secara serempak.

Penyulaman sebaiknya tidak dilakukan pada tanaman yang mati atau jelek yang disebabkan oleh penyakit layu bakteri. Apabila ada  tanaman yang terserang penyakit tersebut, lubang tanam bekas cabutan tanaman tersebut diberi kapur atau disiram dengan ekstrak bawang merah untuk menghindari penularan tanaman di sekitarnya.

 

2.        Penyiangan

Adanya persaingan antara gulma dengan tanaman pokok, dapat menurunkan hasil karena gulma juga menyerap unsur hara, air dan sinar matahari. Penyiangan gulma sebelum tanaman umur 180 hari merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Pada umur tersebut merupakan masa kritis bagi tanaman jahe untuk dapat bersaing dengan gulma. Namun, setelah masa kritis berlalu dan terutama bertepatan dengan keadaan curah hujan yang mulai berkurang, maka penyiangan dilakukan terbatas hanya di sekitar rumpun. Pada umur 6-7 bulan, sebaiknya tidak dilakukan penyiangan karena pada saat itu tanaman cukup peka terhadap gangguan teknis.

 

3.        Pembumbunan

 

 

Pembumbunan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh media tumbuh akar dan rimpang menjadi lebih baik. Pembumbunan akan menyebabkan penetrasi akar dan pembesaran rimpang menjadi lebih mudah karena partikel-partikel tanah yang kurang besar dihancurkan menjadi bagian yang lebih kecil. Dengan demikian hubungan antara partikel tanah dengan akar tanaman lebih luas sehingga tanaman mendapat zat hara lebih banyak. Selain rimpang yang muncul ke  permukaan tanah sehingga dapat mecegah rimpang terkena sinar matahari. Rimpang yang terkena sinar matahari dapat menyebabkan rimpang berwarna hijau dan keras sehingga akan menurunkan kualitas rimpang.

Pembumbunan dilakukan setelah rimpang membentuk (tumbuh) 4-5 anakan. Cara pembumbunan dengan menimbun pangkal batang dengan tanah setebal kurang lebih 5 cm. Setiap kali dilakukan pembumbunan akan terbentuk guludan kecil dan sekaligus terbentuk saluran air yang berfungsi sebagai tempa mengalirkan kelebihan air.

Pada tanah-tanah yang ringan, seperti tanah lempung berdebu atau lempung liat berpasir, pembumbunan perlu lebih diperhatikan terutama setelah turun hujan. Pada saat itu, tinggi bedengan atau guludan sering tererosi masuk ke dalam parit-parit pembuangan air.

 

4.        Pemupukan lanjutan

Sebagia media tumbuh, tanah harus mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman secara terus menerus menyerap unsur hara sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah berkurang. Oleh karenanya, tanah memerlukan tambahan unsur hara dari luar. Caranya dengan pemberian pupuk.

Selama pertumbuhan, tanaman jahe banyak menyerap unsur nitrogen dan kalium, sedangkan unsur lain juga diserap, tetapi dalam jumlah kecil. Pemberian pupuk lanjutan sebaiknya berimbang agar kesuburan dan produktivitas tanah tetap terpelihara. Jenis pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang, urea (N), dan KCl. Untuk pupuk lanjutan ini, tidak diberikan TSP/SP36 karena pupuk tersebut telah diberikan 3 hari sebelum tanam (sebagai pupuk dasar). Jumlah pupuk kandang yang diperlukan 20-30 ton per hektar. Pupuk kandang ini diberikan pada umur 4 bulan dan ditabur di antara rumpun dalam baris tanaman.

 

 

Adapun kebutuhan pupuk buatan lainnya untuk satu hekar sebanyak 200 kh urea dan 50 kg KCL. Pupuk lanjutan tidak diberikan secara bersamaan. Setengah dosis pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan dan sisanya diberikan pada umur 3,5 – 4 bulan. Pupuk KCl diberikan pada saat tanaman berumur 4 bulan. Pemberian pupuk lanjutan hanya sampai umur 4 bulan karena setelah 6 bulan, daun-daun jahe sudah mulai menguning dan kemudian luruh sehingga pemukaan di atas umur 5 bulan kurang efektif.

Cara pemberian pupuk dapat ditugal sedalam 6-8 cm atau pada alur/larikan di sekeliling tanaman. Selain itu, dapat juga diberikan dengan membuat larikan sepanjang barisan tanaman sedalam 10 cm atau ditebar di antara rumpun dalam barisan tanaman.

 

5.        Perbaikan drainase

Pembuatan drainase atau saluran air merupakan salah satu aspek dari kegiatan pemeliharaan tanaman. Untuk mendapatkan rimpang yang gemuk berdaging, hendaknya jahe yang ditanam selain di tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, juga berdrainase baik. Kondisi lahan yang tergenang akan menghambat perkembangan rimpang jahe.

 

6.        Pengendalian hama dan penyakit

a.        Hama

Hama-hama yang sering dijumpai pada pertanaman jahe antara lain:

1)       kepik (Epilahra sp.)

2)       ulat penggerek akar (Dichorcrotis puntiferalis)

3)       lalat rimpang (Eumerus figurans Walker)

4)       lalat gudang yang bersifat saprofagus (Lamprolonchase sp. dan Chaetonerius sp.)

 

b.       Penyakit

Penyakit yang sering menyerang tanaman jahe adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejalanya dimulai dari terlihatnya satu atau beberapa batang berubah menjadi layu dan daun-daun menguning, kering atau hitam mengatup. Dalam 2-4 hari batang mati rebah. Kemudian, secara berangsur-angsur gejala ini menular ke rumpun yang lain.