PENANAMAN DAN
PEMELIHARAAN
TANAMAN JAHE
Bibit yang telah diseleksi dapat segera
ditanam dalam lubang tanam yang telah disiapkan. Yang perlu diperhatikan di
sini yaitu waktu dan cara penanaman tersebut. Setelah ditanam, jangan lupa
diberi mulsa, lalu lakukan pemeliharaan.
A.
Perhatian Waktu dan Cara Penanaman
Dua minggu setelah
pembuatan lubang tanam, bibit atau rimpang yang bertunas dapat segera ditanam.
Dalam penanaman tersebut perlu memperhatikan waktu dan cara tanamnya.
1.
Waktu tanam
Waktu yang tepat untuk
menanam jahe di tegalan adalah awal musim hujan, sekitar bulan September –
Oktober. Tujuannya agar air yang diperlukan tanaman jahe untuk pertumbuhan
rimpng dapat terpenuhi. Dengan demikian, dalam setahun hanya dapat menanam satu
kali. Pada daerah yang memiliki curah hujan sepanjang tahun, waktu tanam dapat
dilakukan sepanjang tahun.
Penanaman sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sampai sekitar pukul 10.00 atau sore hari setelah
matahari tidak terlalu terik. Apabila enanaman dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan
tunas yang tumbuh akan mengalami stres, bahkan bisa layu dan mati.
2.
Cara tanam
Jahe pada umumnya
ditanam dengan meletakkan potongan rimpang pada lubang tanam atau alur yang
telah disiapkan. Potongan-potongan rimpang yang sudah bertunas diletakkan
dengan posisi tunas ke atas, jangan terbalik agar tidak menghambat pertumbuhan.
Peletakkan potongan rimpang juga jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal.
Penanaman yang terlalu dalam akan menghasilkan rimpang yang kruus dan panjang
(seperti lengkeong – Snd). Penanaman yang terlalu dangkal akan
menyebabkan rimpang mudah terkena matahari dan hujan. Rimpang yang terkena
matahari akan berwarna hijau, sedangkan bila terkena hujan, rimpang akan
menjadi keriput dan lambat tumbuh.
Setelah dimasukkan ke
dalam lubang tanam, rimpang ditutup jerami padi tipis-tipis. Kemudian, di
atasnya ditabur atau ditutup dengan tanah halus sampai lubang tanam tertutup
sejajar dengan permukaan bedengan.
Setelah lubang tertutup tanah, secara keseluruhan permukaan bedengan diratakan.
Kemudian di atas permukaan bedengan dihamparkan jerami padi sepanjang bedengan
untuk menghambat pertumbuhan gulma dan mempertahankan kelembapan. Untuk
penanaman bibit di atas guludan, tidak jauh berbeda dengan penanaman di
bedengan.
3.
Mulsing
Pemakaian mulsa
merupakan salah satu cara untuk merubah keadaan iklim mikro dan sekaligus
berpengaruh terhadap perubahan sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemakaian
mulsa pada pertanaman jahe dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu:
dapat mempertahankan kandungan air tanah pada kebutuhan
minimal selama musim kemarau,
mencegah erosi pada bedengan di musim hujan,
dapat meperbaiki kondisi fisik tanah di permukaan karena
proses pembusukan jerami akan membantu bekerjanya mikro organisme tanah,
menekan perkembangan hama, penyakit, dan gulma, serta dapat
meningkatkan hasil rimpang jahe (besar, keutuhan, dan bobot), baik yang dipanen
muda maupun panen tua.
Umumnya petani
menggunakan mulsa dari bahan jerami. Namun selain jerami dapat juga digunakan
daun kelapa, kulit batang pisang, plastik hitam, atau daun gamal. Banyaknya
mulsa yang dibutuhkan sekitar 10-20 ton/ha untuk mulsa jerami padi. Mulsa ini
diberikan pada permukaan bedengan setelah tanam dan pada umur tanam 4-5 bulan.
B.
Lakukan Pemeliharaan Secara Rutin
Pemeliharaan sangat
penting dalam menunjang keberhasilan budidaya. Bila tahap bibit telah
terlampaui dengan baik, artinya telah menggunakan bibit yang sehat, maka
pemeliharaan menjadi kunci utama dalam menjaga pertumbuhan tanaman.
1.
Penyulaman
Pada umur 2-3 minggu
setelah tanam, tunas-tunas telah tumbuh di atas tanah. Pada saat itu, dapat
diketahui tanaman yang mati atau mempunyai pertumbuhan yang jelek. Tanaman
tersebut perlu diseleksi (dibuang) dan diganti dengan tanaman yang sehat.
Penggantian tanaman yang mati atau penyulaman hendaknya dilakukan dengan
menggunakan tanaman yang sudah disiapkan dari pembibitan. Seleksi dan
penggantian tanaman ini diperlukan agar diperoleh tanaman yang tumbuh dengan
seragam sehingga waktu panen dapat dilakukan secara serempak.
Penyulaman sebaiknya
tidak dilakukan pada tanaman yang mati atau jelek yang disebabkan oleh penyakit
layu bakteri. Apabila ada tanaman yang
terserang penyakit tersebut, lubang tanam bekas cabutan tanaman tersebut diberi
kapur atau disiram dengan ekstrak bawang merah untuk menghindari penularan
tanaman di sekitarnya.
2.
Penyiangan
Adanya persaingan
antara gulma dengan tanaman pokok, dapat menurunkan hasil karena gulma juga
menyerap unsur hara, air dan sinar matahari. Penyiangan gulma sebelum tanaman
umur 180 hari merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Pada umur tersebut
merupakan masa kritis bagi tanaman jahe untuk dapat bersaing dengan gulma.
Namun, setelah masa kritis berlalu dan terutama bertepatan dengan keadaan curah
hujan yang mulai berkurang, maka penyiangan dilakukan terbatas hanya di sekitar
rumpun. Pada umur 6-7 bulan, sebaiknya tidak dilakukan penyiangan karena pada
saat itu tanaman cukup peka terhadap gangguan teknis.
3.
Pembumbunan
Pembumbunan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh media tumbuh akar dan rimpang menjadi
lebih baik. Pembumbunan akan menyebabkan penetrasi akar dan pembesaran rimpang
menjadi lebih mudah karena partikel-partikel tanah yang kurang besar
dihancurkan menjadi bagian yang lebih kecil. Dengan demikian hubungan antara
partikel tanah dengan akar tanaman lebih luas sehingga tanaman mendapat zat
hara lebih banyak. Selain rimpang yang muncul ke permukaan tanah sehingga dapat mecegah rimpang
terkena sinar matahari. Rimpang yang terkena sinar matahari dapat menyebabkan
rimpang berwarna hijau dan keras sehingga akan menurunkan kualitas rimpang.
Pembumbunan dilakukan
setelah rimpang membentuk (tumbuh) 4-5 anakan. Cara pembumbunan dengan menimbun
pangkal batang dengan tanah setebal kurang lebih 5 cm. Setiap kali dilakukan
pembumbunan akan terbentuk guludan kecil dan sekaligus terbentuk saluran air
yang berfungsi sebagai tempa mengalirkan kelebihan air.
Pada tanah-tanah yang
ringan, seperti tanah lempung berdebu atau lempung liat berpasir, pembumbunan
perlu lebih diperhatikan terutama setelah turun hujan. Pada saat itu, tinggi
bedengan atau guludan sering tererosi masuk ke dalam parit-parit pembuangan
air.
4.
Pemupukan lanjutan
Sebagia media tumbuh,
tanah harus mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Dalam
pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman secara terus menerus menyerap unsur
hara sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah berkurang. Oleh karenanya,
tanah memerlukan tambahan unsur hara dari luar. Caranya dengan pemberian pupuk.
Selama pertumbuhan,
tanaman jahe banyak menyerap unsur nitrogen dan kalium, sedangkan unsur lain
juga diserap, tetapi dalam jumlah kecil. Pemberian pupuk lanjutan sebaiknya
berimbang agar kesuburan dan produktivitas tanah tetap terpelihara. Jenis pupuk
yang diberikan yaitu pupuk kandang, urea (N), dan KCl. Untuk pupuk lanjutan
ini, tidak diberikan TSP/SP36 karena pupuk tersebut telah diberikan 3 hari
sebelum tanam (sebagai pupuk dasar). Jumlah pupuk kandang yang diperlukan 20-30
ton per hektar. Pupuk kandang ini diberikan pada umur 4 bulan dan ditabur di
antara rumpun dalam baris tanaman.
Adapun kebutuhan
pupuk buatan lainnya untuk satu hekar sebanyak 200 kh urea dan 50 kg KCL. Pupuk
lanjutan tidak diberikan secara bersamaan. Setengah dosis pupuk urea diberikan
pada saat tanaman berumur 1,5 bulan dan sisanya diberikan pada umur 3,5 – 4
bulan. Pupuk KCl diberikan pada saat tanaman berumur 4 bulan. Pemberian pupuk
lanjutan hanya sampai umur 4 bulan karena setelah 6 bulan, daun-daun jahe sudah
mulai menguning dan kemudian luruh sehingga pemukaan di atas umur 5 bulan
kurang efektif.
Cara pemberian pupuk
dapat ditugal sedalam 6-8 cm atau pada alur/larikan di sekeliling tanaman.
Selain itu, dapat juga diberikan dengan membuat larikan sepanjang barisan
tanaman sedalam 10 cm atau ditebar di antara rumpun dalam barisan tanaman.
5.
Perbaikan drainase
Pembuatan drainase
atau saluran air merupakan salah satu aspek dari kegiatan pemeliharaan tanaman.
Untuk mendapatkan rimpang yang gemuk berdaging, hendaknya jahe yang ditanam
selain di tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, juga
berdrainase baik. Kondisi lahan yang tergenang akan menghambat perkembangan
rimpang jahe.
6.
Pengendalian hama dan penyakit
a.
Hama
Hama-hama yang sering dijumpai pada
pertanaman jahe antara lain:
1)
kepik (Epilahra sp.)
2)
ulat penggerek akar (Dichorcrotis puntiferalis)
3)
lalat rimpang (Eumerus figurans Walker)
4)
lalat gudang yang bersifat saprofagus (Lamprolonchase
sp. dan Chaetonerius sp.)
b.
Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman
jahe adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum. Gejalanya dimulai dari terlihatnya satu atau beberapa batang
berubah menjadi layu dan daun-daun menguning, kering atau hitam mengatup. Dalam
2-4 hari batang mati rebah. Kemudian, secara berangsur-angsur gejala ini
menular ke rumpun yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar